Gabus Pucung/ist
Seorang penjual makanan khas Kota Bekasi di Pasar Pondok Gede, Hidayat, Senin, mengaku dagangannya terjual habis setiap sore. “Saya menerima titipan barang dagangan dari beberapa perajin. Ternyata sangat diminati oleh ibu-ibu yang berbelanja kebutuhan berbuka puasa,” ujar warga Jati Asih itu.
Setiap hari ia mampu menjual 50 potong pucung gabus seharga Rp6.000 per potong dan 15 kg makanan ringan berupa dodol. Meski puasa telah berlangsung 16 hari, peminat makanan khas Kota Bekasi tidak berkurang. “Saya bersyukur ternyata makanan khas daerah itu tetap disukai di tengah banyaknya pilihan makanan dan minuman termasuk makanan cepat saji,” ujarnya.
Kepala bidang Agribisnis, Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi, Dede Rahmat mengatakan, kuliner khas Bekasi cukup diminati pasar namun kapasitas produksi tak kunjung meningkat. “Sebagian perajin makanan olahan menggunakan keuntungan produknya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, bukan untuk menambah modal usaha sehingga produksinya tidak kunjung meningkat,” ujarnya.
Ia mencontohkan makanan seperti dodol Bekasi, akar kelapa dan pucung gabus yang tidak terdapat di daerah lain seringkali dicari orang yang berkunjung ke Bekasi. Ia mengatakan makanan khas termasuk yang berbahan baku produk pertanian akan diminati bila memiliki cita rasa, kemasan menarik serta promosi.
Dalam mengenalkan potensi kuliner tersebut, aparat pemerintah Kota Bekasi dalam setiap keikutsertaan pada pameran-pameran di Jawa Barat dan Jakarta selalu menampilkan makanan khas daerah. “Kita telah mengalokasikan dana untuk meningkatkan keterampilan pemilik usaha serta dana yang sifatnya stimulus agar usaha mereka bisa dikembangkan,”
